Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/54

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

50

XXXI. PUH DANGDANG


1. Begitulah nasihat Ni Pancapuspa dan tidak diceritakan, diceritakan Ni Dukuh, mengetahui muridnya mati, Pancapuspa kalah menyerah, karenanya ia memanggil, "Kamu murid semua, berangkatlah sekarang, pakailah semua kesaktianmu, nah bunuhlah, I Mladprana rebut, dan Pancapuspa juga."

2. Semua siswa galak menurut sekali, semua menepuk dada kata-katanya atas-mengatasi, "Sekarang saya mohon pamit, untuk membalas supaya mati, I Mladprana Pancapuspa, karena ia dosa menyerah, I Mladprana salahnya durhaka, karena itu wajar, semua keluarganya mati, semua orang Purbawyadnyana."

3. Kemudian Ni Dukuh menjawab, "Nah berangkatlah dan ingat sekali, kalau I Mladprana sudah mati, kemudian kamu langsung ke sana, ke Purbawyadnyana, semua keluarga I Mladprana, supaya semua hancur, pasangi gering mendadak, taranjana." Semua murid berkata menurut, kemudian mereka berangkat.

4. Selesai bersiap-siap semua berangkat meloncat ke angkasa, Raktakuja, menyala merah padam, Sungsangjenar menyala kuning, Swetagana putih bersih, nyalanya muncrat, Ni Sugandi menyala bermacam-macam, baunya harum mewangi, Nilapaksa bersinar hi tam pekat, bagaikan jantera, sangat berkilauan sehingga meresahkan hati, tingkah laku kelima murid itu.

5. Tidak diceritakan tingkah lakunya cepat sudah sampai, di Janggalatresna, I Mladprana ditemukan, dan Pancapuspa berdekatan, kelima murid itu marah, Nilapaksa berkata pelan, "Kamu Sugandi memimpin, bersama Ni Raktakuja, sebagai senapati, Kakak menunggu di mendung itu, larilah bila merasa kalah ."

6. Raktakuja Ni Sugandi menurut galak sekali, tidak mernikirkan bahaya, sengaja turun untuk berubah wujud, baru bersiap-siap tiba-tiba bingung, terpesona bagaikan diterpa, bermaksud untuk menyembunyikan, tetapi bertambah terpesona, obati hati yang gersang, bagaikan ditombak, sakit hati pusing bagaikan mati, dan ilmunya punah menjadi manusia biasa kembali.

7. Kemudian mendekati I Mladprana lalu disembah. kakinya dipeluk, diusap-usap dengan rambutnya, sebagai tanda sudah kalah menyerah, serta berbakti diiringi tangis, "Ya Tuan Mladprana, bersihkan saya." Mladprana bertanya, "Anda dari mana, apa maksudnya datang."