Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/50

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

46

kesaktianmu di sini, habiskan memakainya, panugrahan yang utama." Mretawati Pancapuspa, memusatkan pikiran tanpa menjawab, selesai memusatkan pikiran meloncat dan menghilang, tidak terlihat, masuk ke bawah tanah, Mretawati terbang ke angkasa.

11. Tidak diceritakan Mretawati Pancapuspa sekarang diceritakan I Mlad- prana berkata pada kedua istrinya, "Sekarang Kakak mohon diri, untuk membunuh Ni Dukuh Sakti, I Rudita dan Dustaka, serta tujuh orang muridnya, supaya tidak ada menghalangi pernikahan, adik-adik dengan Kakak, habiskan musuh terlebih dahulu.

12. Tidak lama membunuh musuh sepuluh orang walaupun mereka sakti, lamanya lima hari, Kakak segera mencari Adik, janganlah waswas dalam hati, ini pegang cincin Kakak, dari sanalah Adik melihat, kalau kelihat- an tanpa kepala, jelas Kakak sudah mati, kalau kelihatan membawa bu- nga dan burung, itu ciri musuhnya kalah."

13. Ketut Oka dan Warsiki menjawab, "Ya berangkatlah, mudah-mudahan berhasil, musuh dapat dikalahkan, kalau tidak rela Sang Hyang Tuduh, kalau Kakak kalah, janganlah melupakan, carilah saya ajak mati, supaya menjadi satu kuburan, sebagai tanda setia, supaya bersama-sama hidup mati, walaupun surga atau neraka.”

XXIX. PUH GINADA

1. Ada ayah dari sepupunya, dari Ni Alit Warsiki, namanya Waksarusa yang lebih kecilan bernama Kawitweruh, menyela mendekati I Mlad- prana, kemudian berkata, "Ayah mengikuti Nak."

2. Kemudian mereka berangkat, bertiga berangkat, tidak diceritakan per- jalanannya sudah jauh, diceritakan Ni Mretawati, sudah berubah wujud berupa burung, besar sekali.

3. Mulutnya tajam seperti tombak, jambul lebat rambut kejur, matanya merah padam, ekornya seperti umbul-umbul, sayap lebar runcing dan tajam, sekarang turun, bermaksud membunuh I Mladprana.

4. Baru mendekat turun, I Mladprana sudah mengetahui, kemudian ia menghunus pedang, burung menyergap, ingin memekik, kepalanya di- penggal hingga putus, Mretawati, darahnya muncrat langsung mati.

5. Tidak diceritakan yang sudah mati, sekarang dikatakan Pancapuspa, me- ngetahui adiknya mati, ia sedih sekali dan bersiap-siap, memusatkan pi- kiran berkaki satu, selesai mamusti, sekarang sudah berubah wujud.