Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/30

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

26


2. Dan jatuh, badannya gemetar, kaki tangannya dingin, Ni Jangga Ketaki menjerit, menangis sedih berkata tidak menentu.

3. Serta dikocok, mata dan mulutnya dibuka, dan I Mladprana dicaci, "Kakak memang sudah siap, membuat hati saya sakit.

4. Ya kalau Kakak, sekarang jadi meninggal, akan saya caci maki, mayat Kakak di sini, supaya direbut anjing hutan.

5. Ketut Oka, sedih sekali, gelisah gila sambil memarahi, memarahi orang sakit keras, tidak membandingkan pada diri.

6. Kemudian, Empu Wrediaguna menjawab, "Berhentilah marah dengan kata tidak karuan. Bapak mencoba menolong, carikan daun tapak kaki kuda dan alang-alang.”

7. Ketut Oka, cepat mencari dan setelah dapat, kemudian diserahkan, Empu Wrediaguna memberi mantra, lukanya sembuh setelah diberi obat.

8. Tetapi masih berbekas, sakitnya masih terasa, I Mladprana, kemudian bangun menyembah, pada Empu Wrediaguna.

9. Dan berkata, "Ya Ratu Sang Mayati, rela berkenan menghidupkan, lanjutkanlah kerelaan Tuan, mengobati saya orang miskin ini.

10. Kalau selamat, saya sembuh dan tetap hidup, selamat kembali, ke Purbawyanjana, saya akan menghaturkan persembahan.

11. Sebuah cincin bermata manik, pakaian tiga pasang, serba sutra yang berwarna putih, serta pegandan satu pasang.”

12. Selesai berkata, kemudian Empu Wrediaguna menjawab, “Nah sekarang marilah ke Pertapaan Bapak dulu, di sana Bapak memberi obat."

13. Kemudian bangun, Ki Jangga Ketaki, menuntun I Mladprana, "Peluklah leher saya Kak."Kemudian I Mladprana bangun.

14. Memeluk bahu, dituntun dan berjalan, jalannya menanjak, ia merasa lelah karena tenaganya sedikit, setiap langkah berhenti mengaso.

15. Kemudian berkata, "Ya Adik Jangga Ketaki, Kakak harus sekali, kerongkongan kering sekali, mintakan Kakak air."

16. Kemudian meminta, Ni Jangga Ketaki, setelah diberi air, ditempatkan pada daun tamutis, "Ini air Kak."

17. I Mladprana, dapat minum air suci, penawar yang sudah dimantrai, karenanya hatinya segar, kemudian berjalan.