Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/29

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

25


sudah tidak hirau, kerabat tidak ada yang senang, saat menderita seperti ini, sekarang terputus kebahagiaan, apa gunanya kalau masih hidup.

7. Hidup menderita sama dengan mati, menimbulkan hati bingung, ingat menjelma miskin, sengsara terputus kasih, mengorbankan darah karena cinta, karena ikhlas hati menolong, menolong supaya sembuh, juga ditinggalkan saya tidak bisa menghalangi, karena Kakak jadi mati.”

8. Banyaklah keluar kata-katanya hingga parau, tidak diceritakan Ni Ketut Oka mengigau, diceritakan Empu Wrediaguna, beliau datang dari permandian, setelah selesai bersyarah ke tempat suci, kembali pulang membawa bejana, perjalanannya berhenti mendengar orang berbicara dan menangis, lalu beliau melihat mendekat, ditemukan Jangga Ketaki.

9. Beliau kemudian mendekat berkata, ”Bapak bertanya, kamu ini dari mana Nak, di sini sedih bersanding dengan laki-laki, lagi pula laki-laki luka berat, beri tahukanlah Bapak. "Di sana Ni Jangga Ketaki, kemudian berkata sambil menangis, "Oh Ratu Yati-Wara, dia ini bernama I Mladprana.

10. Saya orang nista bernama Ni Jangga Ketaki, bersuami dengan dia, saya terlalu sengsara, mendapat bencana di sini, sekarang saya memohon, pertolongan Bapak, ya kalau ikhlas Sang Widuan, hidupkanlah suami saya ini, hidup segar bugar, kembali sebagai semula.

11. Selamat kembali ke Wanapuspa, saya sanggup mempersembahkan lembu, dan sahayan delapan orang. "Empu Wrediaguna menjawab, "Bagaimana kejadiannya semula."Ni Jangga Ketaki menceritakan, kejadian-kejadian yang sudah lewat. Setelah semua disampaikan, Empu Wrediaguna, perasaannya terharu.

12. Berkata sambil berlinang air mata, "Aduh Dewa, rasanya hancur hatiku mendengar, memang benar setiap yang lahir, berbekal kesusahan, kalau terlalu banyak menemukan kebahagiaan, besar pulalah duka yang dialami, karena memang tidak dapat dipisahkan, kenyang lapar miskin kaya, mati hidup bahagia sedih, sehat sakit benar salah.

13. Nah sekarang Bapak mencoba siapa tahu dapat, keridoaan Ida Sang Hyang Tuduh, mengutus supaya hidup. "Kemudian beliau menolong, menolong dengan Mretyu-jiwa, serta dasa-bayu, disertai mantra, I Mladprana mulai sadar, sadarkan diri, kambang terasa kosong.

XVI. PUH MAS KUMAMBANG

1. Baru sadar, Ni Jangga Ketaki dikira hilang, terkejut menoleh kanan kiri, baru dilihat Ketut Oka, darahnya kembali menyembur.