Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/25

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

21


2. Hutan rimbun, seram banyak durinya, sulit untuk dilalui, sekarang ia berhenti, karena payah, lagi pula lembab kena embun.

3. Di sana dia duduk, di bawah tebangan kayu, ada burung tiung datang, yang jantan diikuti oleh betinanya, agaknya mereka itu, merobek hati membuat malu bercampur marah.

4. Lagi-lagi seekor burung pelatuk, datang terus berbunyi, seperti mengejek. I Mladprana sakit hati, kemudian bangun, lagi masuk ke tengah hutan,

5. Kemudian dia lelah, setelah sore hari, ia terjatuh duduk, dia bersembunyi di bawah gunung, hal itu tidak diceritakan, diceritakan Jangga Ketaki.

XIII. PUH SEMARANDANA

1. Amat sedih memprihatinkan, menyebut-nyebut, "Ya Ratu Sang Hyang Titah, cabutlah nyawaku sekarang juga, karena lama menderita, rela meninggalkan ayah, di sini di dalam hutan,

2. Ibu meninggalkan mati, siapa lagi yang saya lihat, yang dicintai sudah pergi, tidak punya sanak saudara, sekarang bersahabat dengan binatang, bertetangga dengan kera, harimau dijadikan kawan.

3. Melihat merak merah bergoyang amat indah, melemaskan hati, burung perkutut sangat bahagia, berbunyi menghilangkan wibawa, menjangan menyebabkan gembira, menggigit membuat merengut, hutan rimba membuat hati sedih.

4. Semak membuat hati susah, ingin mati, hidup ini terlalu keras, lebih baik hibur sekarang, kemudian ia berjalan, lama berjalan hingga haus dan lapar, kemudian ia memetik buah gunggung, dimakannya selama berada di hutan.

5. Ketika sedang memetik buah gunggung yang manis, sambil dimakannya, kemudian seorang terlihat, orang tidur, mukanya tersembunyi, ditutupi dengan selimut. Kemudian Ni Ketut Oka berkata,

6. “Ya Tuan, untuk apa Tuan di hutan, kalau Tuan akan merampok, ambillah nyawa saya, saya bersedia memberi upah, perak delapan, ditambah cincin ginaran.

7. I Mladprana mendengar suara, masih terpejam sudah meraba-raba, mungkin dia Ni Ketut Oka, kemudian dengan cepat dia bangun, jelas dilihatnya Ketut Oka, kemudian mendekat berkata, "Oh sayangku.”