Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/22

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

18

3. Setelah berbicara, Ni Luh Ngasa pulang, tidak diceritakan Ni Luh Ngasa setelah pulang, diceritakan Ni Ketut Oka, amat sedih pikirannya buyar, “Aduh bagaimana caranya sudah salah dari dahulu, saya dipakai permainan, baru sekarang merasa salah.

4. Kalau diikuti kehendak hati ini, sekarang rasanya mau mencari I Mladprana, kalau melawan ayah, durhaka namanya, kalau dituruti, mau dengan I Rudita, tidak setia pada suami, nerakalah ditemukan.

5. Nah, sekarang lebih baik biarkan, lebih baik mati, di kemudian hari lagi ulangi, mengatur pikiran yang benar, yang sekarang sudah telanjur salah. Nah kalahkan, nyawa pakai menebus,” begitulah maksudnya, sekarang diceritakan malam hari.

6. Kira-kira tengah malam, Ni Ketut Oka bangun berjalan pelan-pelan, menuju hutan lebat, tidak diceritakan malam hari itu, sampai siang sampailah ia di hutan Mayura, hutan yang sukar dilalui, banyak harimau dan kesari.

7. Hutan itu dimasukinya, tidak menghiraukan kena jelatang ataupun duri, terus masuk. Kemudian bertemu dengan harimau, Ketut Oka, berkata halus, "Harimau makanlah aku, supaya mati dan berhenti sedih.”

8. Harimau segera pergi, tidak mau membunuh. Ni Ketut Oka terus berjalan, semak luas ekali, gua luas, gua itu dimasukinya, singa berlari liar, Ni Ketut Oka ditakutinya.

9. Binatang-binatang buas semua takut, pada kebenaran dan kejernihan, Ni Ketut Oka, merasa tidak mau mati, kemudian, berteduh di gua pada pohon beringin. Gua itu digunakannya sebagai rumah setiap hari siang dan malam.

10. diceritakan Ni Ketut Oka, sekarang diceritakan I Rudita, berpikir dalam hati, "Mengapa sampai siang, Ketut Oka, tidak bangun, kemudian menuju kamar Ketut Oka, sengaja membangunkan supaya dapat bertemu.

11. Kemudian meraba tempat tidur, dingin sekali sepertinya tadi malam sudah menghilang, I Rudita langsung keluar, “Ya Bapak Gede Taman, bagaimanakah sekarang, Ni Ketut Oka menghilang, di mana sekarang kita cari.”

12. I Gede Taman berkata, dengan kaget, “Sekarang pulanglah kamu menyampaikannya.” I Rudita pulang ke rumahnya. Setelah sampai di rumahnya, “Ya Bapak saya mendapat kemalangan, Ni Jangga Ketaki menghilang.” Ayahnya menjawab,