Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/15

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

11


berekor, menantikan embun di siang hari, jelas sia-sia menunggunya, lebih baik sekarang dihibur, bermain ke tanah yang kosong, siapa tahu dapat melupakannya.” Kemudian mengambil alat untuk menangkap capung.

5. Kemudian mencari capung ke tanah yang kosong. Lamanya tidak diceritakan. Diceritakan Luh Ngasa, lewat di jalan yang sempit, maksudnya supaya samar, kok bisa seperti dipertemukan, bagaikan kehendak Tuhan, menakdirkan supaya bertemu di sana, Nu Luh Ngasa mendekatkan diri, "Ya Tuan, Kakak menyampaikan surat, dari I Mladprana.”

6. Kemudian Ni Ketut Oka menerima dan membaca, sudah terbaca, dan teresap di hatinya, kemudian ia berkata halus, "Kakak tunggu dulu di sini, saya permisi untuk menulis surat,” kemudian dia pulang, setibanya di rumah, dia mengambil kertas, kemudian dengan merahasiakan, membalas surat I Mladprana.

7. "Ya Kak, pemberian Kakak yang saya terima, seisinya surat itu, memang tetap seperti dahulu, gusti rela menyayangi, berat rasanya melupakan, dipikul dijinjing juga masih, tidak bisa melupakan, dari dahulu sampai sekarang, tidak bisa saya lupakan.

8. Sekarang saya berjauhan dengan Kakak, hati saya, selalu melekat pada Kakak, karena rasa baktinya amat sangat, tidak bisa untuk dilupakan, karena taat memelihara, menyucikan yang Kakak keramatkan, walaupun ayah menjodohkan, dan dipaksa, saya melawan dan taat memelihara, bersedia mempertaruhkan nyawa.

9. Saya bersedia mempertaruhkan nyawa, karena setia pada Kakak, karena sudah terlanjur, bagaikan benang, benang cacelupan sudah dicelup, dapat Kakak memasuki, disertai dengan perasaan sejati, semua kemauan saya diikuti, tidak pernah berkata kasar, serta marah, selalu ingin bercumbu rayu, ingat bersatu dengan saya.

10. Bagaimana saya bisa tidak setia pada Kakak, karena tampan sekali, Sang Hyang Semara menjelma, karena bagus sepenuhnya, pikiran baik wajah bagus, Mlaju Panji Sanjaya, Sang Arjuna Kresna, terkalahkan dengan ketampanannya, kalau di surga, Hyang Indra heran melihat. Sang Hyang Siwa Nilakanta,

11. Aduh bagaimana saya mengekang, keinginan pada Tuan, kalau dipaksa untuk membatasi, saya akan menjadi kurus kering. Karena itu, sekarang saya berkata, memohon kepadamu, supaya nanti rela mencari saya, sampai di barat, menunggu di tanah yang kosong, kira-kira, tengah malam, supaya Kakak ada di sana.