Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/13

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

9

7. Kalau saya ingkar dengan kata-kata, supaya menjadi dasar bumi, mati
menjadi alas neraka, menderita selama 1.000 tahun, berteduh di bawah
pohon yang berdaun keris, tertusuk oleh alang-alang lancip.

8. Saya ratu agung, berani bersumpah, karena pikiran saya benar-benar tu-
lus, hanya tergila-gila pada Tuan, sekejap pun tidak bisa dilupakan, di
hati dan di mata selalu Tuan terbayang.

9. Tidak lain hanya Tuan yang saya pakai bunga hati, saya umpamakan
jimat, penghilang sakit hati, saya pakai arca mas, di tempat tidur selalu
terbayang.”

10. Bagaimana melupakannya, karena cantiknya tidak ada yang memadai,
dewa laut Tuan, Sang Hyang Giri-putri yang menjelma, Supraba dan
Tilotama juga Ratih Saraswati terkalahkan.

11. Tuan orang yang tercantik di dunia, bisa berkata merayu-rayu, mulut
empuk kalau bicara, kalah rebabnya karena suara nyaring, tutur kata-
nya manis, madu kalah manisnya.

12. Gigi putih mengkilat, putih bagaikan gading, gusinya merah seperti
bunga rijasa, penglihatannya tajam dan manis, dahinya bagaikan bulan
sabit, alis lancip bagaikan diasah.

13. Rambut lebat panjang mengurai, pipi montok membuat kecantikan,
kulit lembut halus, buah dada kecil halus montok dan kencang, bentuk
tubuh langsing, bahu tegak menarik hati.

14. Tangan lemas melengkung, kukunya panjang meruncing, jari-jari lurus
dan lentik, pahanya mulus gading, potongan kakinya bagaikan bunga
pudak, gayanya menghanyutkan hati.

15. Oh, siapa pun yang melihat akan tertarik, pipinya berisi tahi lalat, ba-
gaimana kalau saya tidak pusing, setiap tindakannya membuat tergila-
gila, kalau cinta kasih terlalu bijaksana, susahnya tidak ada yang menya-
mai.

16. ”Hati saya bagaikan dicabut, melekat menjadi satu denganmu, saya ber-
sedia menuruti kehendakmu, saya tidak menolak, bersedia menyusupi
hutan belantara, walaupun akan terjun ke laut.

17. Karena hati ini terlalu menyatu, sedia untuk bergantungan, delapan kali
Tuan tidak suka, sembilan kali saya memohon, bersedia menghamba,
karena tidak bisa menahan perasaan.

18. Apa sebabnya demikian, hidup mati, hati saya selalu padamu, tidak bisa
diganti, siapa bisa mengekang nafsu, pikiran bingung karena asmara.