Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/11

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

7

cuci muka dengan sorotan mata, berkeramas dengan kata-kata cacian, berminyak dengan sakit hati, setiap hari bertirta dentan makian, berbunga dengan kata-kata cacian.

2. Makian itu hancurkan sekarang perasaan sedih dibuang, merenggut pecahkan, marah hilangkan, kutukan ditelan satu-satu, usir kata-kata yang kotor, Kakak mendesak memohon, mengharap Tuan, kenapa Tuan marah, teguhkan hatimu, kenapa Tuan tidak berhenti marah.

3. Matahari malam pun bisa panas membara, juga ia bisa dingin. Angin kencang berembus, bisa mendesir halus, lautnya juga bisa surut, besi juga bisa patah, harimau sering menyergap, juga ia bisa kasih, tetapi kamu bandel siapa yang ditiru, dan tidak bisa ditenangkan.

4. Sebabnya kata-kata si miskin memohon kerelaan, tetapi tidak menjawab seperti batu, sekarang lebih baik paksa, rayuan tidak diterima, bagaikan merayu kayu, kayu berhati jelek, sekarang cocok dipaksa, siapa lagi yang disegani, ayahnya sudah rela, begitulah pikirannya bulat.

5. Kemudian, I Rudita mengunci kamar dan mendekat, Jangga Ketaki ditangkap, lehernya dipeluk, pakaiannya dibuka semua, paha dada ditindih, dicium dirayu, Ni Jangga Ketaki kemudian mencakar sekuatnya, melawan dengan hebat, I Rudita luka parah.

6. I Rudita semakin galak, marah menggoyangkan sampai berkeringat, I Ketut Oka lelah hampir dapat diperkosa, kemudian ia mengeluarkan akal, supaya bisa selamat, itu yang disucikannya, cara haluslah untuk meluluhkannya, menenangkan pikirannya, keluarlah kata-katanya halus.

7. "Mengapa Kakak demikian tidak bisa menahan, keinginan akan bercinta kasih. sepertinya ada yang akan merebut, bagaimana dugaan Kakak, sebab saya tidak menuruti, itu disebabkan karena saya masih kecil, diumpamakan seperti bunga, masih kuncup belum mekar. Karena itu, pantaslah ditunggu, kalau memang benar-benar cinta.

8. Berkeinginan agar baik nah tenanglah, saya tidak akan menipu Kakak, pikiran saya setia tulus, meladeni Kakak, didahului dengan keakraban Bapak, bertambahlah hati tulus saya, menghamba meladeni, hidup menemukan kesenangan hati, bersama Kakak di tempat tidur, tiap hari tidur berpelukan.

9. Tetapi kini tunggulah tiga bulan lagi, ketika itu saya akan menurut, mengikuti sekehendak Kakak, siang malam bertemu, bagaimana kalau demikian, saya tidak menipu, ya kalau saya, tidak setia dan menipu, supaya dikutuk oleh leluhur, dan sakit keras sekali.