Kaca:Geguritan Jayaprana.pdf/8

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

Kini tiba hari upacara perkawinan itu.

I Jayaprana diiring oleh masyarakat desanya, pergi ke rumahnya Jero Bendesa, hendak memohon Ni Layonsari, dengan alat upacara selengkapnya.

Sri Baginda Raja sedang duduk di atas singgasana, dihadap oleh para pegawai raja dan para perbekel baginda. Kemudian datanglah rombongan I Jayaprana di depan istana. Kedua mempelai itu lalu turun dari atas joli, terus langsung menyembah ke hadapan Sri Baginda Raja dengan hormat- nya.

Melihat wajah Ni Layonsari, raja pun membisu tak dapat bersabda. Setelah senja, kedua mempelai itu lalu memohon diri akan kembali ke rumahnya, meninggalkan sidang di paseban.

Sepeninggal mereka itu, Sri Baginda lalu bersabda kepada para perbekel semuanya, untuk meminta pertimbangan caranya memperdayakan I Jayaprana, supaya ia mati. Istrinya, yaitu Ni Layonsari, supaya masuk ke istana, dijadikan permaisuri baginda. Dikatakan, apabila Ni Layonsari tidak dapat diperisteri, maka baginda akan mangkat, karena kesedihan.

Mendengar sabda itu salah seorang perbekel lalu tampil ke depan, hendak mengetengahkan pertimbangan, yang isinya antara lain : Agar Sri Paduka Raja menitahkan I Jayaprana bersama rombongan pergi ke Celuk Terima, untuk menyelidiki perahu yang hancur, dan orang-orang Bajo menembak binatang yang ada di kawasan Pengulon. Demikian isi pertimbangan salah seorang perbekel, yang bemama I Saunggaling, yang telah disepakati oleh Sang Raja.

Sekarang tersebutlah I Jayaprana yang sangat berbahagia hidupnya bersarma istrinya. Tetapi baru tujuh hari lamanya mereka berbulan madu, datanglah seorang utusan raja ke rumahnya, yang maksudnya memanggil I Jayapana supaya menghadap ke paseban.

I Jayaprana segera pergi ke paseban menghadap Sri Paduka Raja bersama perbekel sekalian. Di paseban mereka dititahkan supaya besuk pagi-pagi pergi ke Celuk Terima, untuk menyelidiki adanya perahu kandas dan kekacauan-kekacauan lainnya. Setelah senja, sidang pun bubar.

I Jayaprana pulang kembali. Ia disambut oleh istrinya yang sangat dicintainya itu. I Jayaprana menerangkan hasil-hasil rapat di paseban kepada istrinya.

Hari sudah malam.

I Layonsari bermimpi, rumahnya dihanyutkan banjir besar. Ia pun bangkit dari tempat tidurnya seraya menerangkan isi impiannya yang sangat mengerikan itu kepada I Jayaprana. Ia meminta agar keberangkatan­ nya besuk dibatalkan berdasarkan alamat-alamat impiannya. Tetapi I Jaya-


9