Kaca:Geguritan Jayaprana.pdf/40

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

125. Buin tuara bakat tawar,
petang diri buin mati,
tumuli majalan encol,
teked di Katapangudu,
nipi gadang kaget teka,
manujahin,
mati roange bin dadua.

126. Tan kocapan ia di jalan,
suba teked jani mulih,
I Layonsari kocapan,
atine makesiab suung,
mangenang I Jayaprana,
baya mati,
beli kauh di Tarima.

127. Gowake maseliweran,
mangalup-alup mamunyi,
duur umahe ngegalok,
I Layonsari ia pesu,
madingeh-dingehang orta,
ne ne jani,
kocap prebekele teka.

128. Kaget ada anak mentas,
I Layonsari majinjin,
Maman ko titiang matakon,
kocap prebekele rauh,
Beli Nyoman dane dija,
dereng prapti,
anake alon angucap.

129. Tuara bareng teken Maman,
sing nya kari ia di uri,
I Layonsari ia bengong,
di korine kitak-kituk,
nakonang I Jayaprana,
dereng prapti,
saliun anake mentas.

Dan tidak dapat dirawat,
meninggal lagi empat orang,
lalu mereka keburu-buru berjalan,
sampailah di Katapangudu,
muncullah ular hijau,
memagutnya,
mati temannya lagi dua orang.

Tak diceritakan di tengah jalan,
kini sudah tiba di desa,
diceritakan I Layonsari,
kejutan perasaannya hampa,
memikirkan I Jayaprana,
"Celaka mati,
mati kand? di Barat di Tarima".

Gagak terbang berkeliaran,
suaranya panjang mengalun,
menyanyi di atas rumah,
I Layonsari lalu ke luar,
mendengar-dengarkan kabar,
saat ini,
konon perbekel itu semua datang.

Tiba-tiba ada orang berjalan,
I Layonsari lalu bertanya,
"Paman, ijinkanlah saya bertanya,
kabarnya perbekel itu sudah datang,
di manakah kakak saya?
kok, belum datang,"
Orang itu menjawab dengan hormat.

"Dia tidak ikut sama Paman,
mungkin ia masih di belakang."
I Layonsari termenung,
di depan pintu ia berpaling,
menanyakan I Jayaprana,
karena belum datang,
kepada orang yang lalu lalang.

41