67
menaruh makanan dengan
perlahan, Mudita menaruh
makanan, kendi sudah disiapkan,
I Dukuh memberikan wejangan,
keduanya duduk dengan baik,
selesai I Dukuh menyampaikan
wejangan, sedang hatinya,
bersenda gurau, "itu mengapa,
kamu pucat berdua?”
37.Parasnya seperti bergadang, kalau ayah menafsirkan tidak salah, mungkin sembunyi- sembunyian, siapa yang kalah itu mencari, siapa yang sering dipukul, I Mudita tersenyum menjawab, Kusumasari mencari saya”, I Dukuh tersenyum menjawab, "kalau begitu mungkin kamu didapatkan.
38.Kamu menyerah dipukul, Mudita tersenyum terdiam, Kusumasari berkata lagi, "ayah seperti tidak tau!”, I Dukuh tersenyum menjawab "sifat remaja ayah tahu, berbeda dengan orang tua, kalau tua malamnya lelap, tidur nengkur, remaja bangun berayunan.
39.Memang ayunan utama, berputar- putar mempersona, goyang tak bisa jatuh, tetapi mematikan, mematahkan, Karena digantung tidak pakai tali, kerap dirapatkan longgar dikeratkan.
mejang daar sada aris,
Mudita mejang pwajikan,
cecepan sampun cumawis,
I Dukuh majana aris,
sang kalih nyempel
malingguh, sawus I Dukuh
mejana, ledang kayune
negayonin, "To manguda,
cening seming buka dadua?”
Sebenge mirib magadang, Yan bapa marma tong pelih, sinah maengkebengkeban, enyen tui kalah mangalih, nyen pepesan magedig, I Mudita kenyerm matur, "Kusumasari ngrereh titiang”, I Dukuh kedek nyautin, "Yaning keto, sinah-cai kabakatang.
Cai masrah kagedigan, Mudita kenyem menengil, Kusumasari matur nimbal, ""Bapa nguda tidong linsir!”, I Dukuh kedek nyautin, “Solah bajang bapa tau, bina tui ring anak tua, yan tua petenge ngesit, pules nengkul, i truna bangun mayunan,
Mula ayunan utama, malungka-lungka nglangenin, goyang tong bisa ngulungang, nanging ngamatiang ngelungin, reh magantung tan patali, tekek goloh keret tepu,