Kaca:Geguritan I Dukuh Siladri.pdf/42

Saking Wikisource
Kaca puniki sampun kauji-wacén

35


111.Supaya selesai hutang ibu

dengan anaknya, melaksanakan

upacara potong gigi, lagi

tidak ada lain, ini perlu

sekali dilaksanakan, yang

laki gantian berkata, itu

wajar sekali, jalan berangkat

menuju ke sana.


112.I Mudita sekarang ia dipakai

ayam, diadu ke gunung Kawi,

dibandingkan dengan misannya,

bersenjata dengan pandangan

mata, bermodal dengan

senyum manis, kamu di

sana mengadu, kakak siap-siap

menghakimi.


Apang pragat utang memene

ring pyanak, manelahin

isin gigi, buin tuara da lenan,

ne nyandang pacang saratang,

Ne muani nimbal mamunyi,

Ento patut pisan,

jalan luas cendek

jagat.


I Mudita jani ia anggon siap,

adu ka gunung Kawi,

tandingan ring misannya,

mataji baan liat,

mabulang ban kenyung manis,

nyai itu ngembar,

beli nyadia nyayanin.


PUH GINADA


1.1 Mudita mendengarkan,

perasaannya gembira tak henti-

hetinya, oleh karena memiliki

misan, tersenyum terus berkata

halus, Ya seperti kata ayah,

saya mengerti,

akan menengok paman.

2. Ibu Ayah ikut seperti saya ke

sana ke gunung Kawi,

juga diberitahukan semuanya,

ayah menjawab halus,

buat hari baik pergi,

bisa kamu, ayah berkeinginan

keras menirukan.


3.Saat dia membicarakan pergi,

tiba-tiba kentongan bersuara,

I Mudita lari keluar,

Kakak Wayan mengapa memukul


I Mudita maningehang,

manahnya suka tan sipi,

baane mangelah misan,

kenyem tur mamunyi alus,

Inggih kadi bawos bapa,

titiyang ngiring,

pacang manelokin, iwa

Meme bapa iring titiang,

marika ka gunung Kawi,

taler uningan midarta,

Bapannya masaut alus,

buat dewasane luas,

bisa cai, bapa tambet

sok nuutang.


Sedekya ngomongang luas'

dadi kulkule mamumyi,

I Mudita nyagjag mesuang,

"Beli Wayan ngudiang mulkul?,