Kaca:Geguritan I Dukuh Siladri.pdf/173

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

166

yang mendekati, guru I Mudita, semua orang turun, I Mudita berkata menyembah, ya obati, pembantunya payah sekali.

119.Pendeta terharu melihat, lalu memberikan obat, mengobati dengan secepat-cepatnya, supaya cepat terhenti, darahnya dan secepatnya berhenti mengalir, Sumasari, perasaannya terasa senang.

120. Maafkanlah kata-kata yang tidak berkenan di hati, memang goresan perasaan, atas petunjuk sang sri wisesa sejati, jangan dilupakan, karangan bagi orang yang mendahului.

121.Jadi orang yang menciptakan nyanyian ini, membalas kasih sayang teman-teman yang baik, untuk mengembalikan perasaan baik, tidak ada lain menyebutkan tidak berani, bernama samaran, air laut pasang tak henti-hentinya.

122.Asrama tempat tinggalnya, bersatu dengan sanak saudara, di sebelah barat puri, konon di sana Samudra jro usup, Brahmana sejati, dari dulu dan putra-putranya di asrama itu juga.

ngarauhin, paguruane I Mudita, makejang anake tuun, I Mudita matur nyumbah, "Nggih swenaning panjroane leleh

Padanda kangen manyingak, raris mangicen panyampi, mayonin ica nyaratang, sida apan jati putus, getihe prajani enyat, Kusumasari, idepnya mawetu bingar.

Ksantawia wacika mamia, de nirang pradenang budi, ndan sang tri wiseseng rat, ampunen kamudan ingsun, jati karaganing manah, iliangapi, racanan kawia soba.

Dening ngwang angripta gita, amales sih mitra kasih, sinung daging bayu hlinia, tuhu tandaning penulu, datrapita tan lagna, saparsa nis, mancuh sagara tan imba.

Asrama sucinagara, tunggalaning pitra jati, pascimaning pura langgua, kocap samudra jro usup, Brahmangsa Wiraga jatia, lokeng bumi, Potraka buyut Asrama.