Kaca:Geguritan Dukuh Wanasari.pdf/15

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

6

Tri Guna yaitu tigas sifat atau watak manusia, ketiga sifat-sifat itu meliputi satwam 'budi pekerti yang luhur', rajah 'sifat penuh nafsu kegiatan dalam keduniaan', dan tamah 'kelobaan yang merajalela'. Panca Yajnya artinya lima upacara keagamaan, meliputi Dewa Yajnya Pitra Yajnya, Resi Yajnya, Manusa Yajnya, dan Buta Yajnya. Panca Mahabuta artinya lima unsur zat alam meliputi Pratiwi 'tanah', apah 'zat eter', teja 'cahaya' bayu 'udara', dan akasa 'atmosfir'.

Panca sanak artinya korban dalam buta yadnya yang mempergunakan lima binatang sebagai bahahn pokok, meliputi angsa, anjing, babi, kembing, dan sapi. Panca Sata artinya korban dalam buta yajnya yang memper-gunakan lima ekor ayam. tiap-tiap ekor berwarna puti, merah, siungan, hitan, dan brumbun (dianggap sebagai dasar daripada caru yang lebih besar lainnya. Panca Walikrama artinya korban dalam buta yajya yang diadakan sepuluh tahun sekali yang dipersembahkan kepada Panca Dewata, biasanya dilaksnaka di pura Besakih. Panca Dewata adalah lima dewa yang menguasai kiblat. Dewa Siwa (ditengah), Dewa Brahma (di Selatan), Dewa Mahadewa (di barat), Dewa Wisnu (di utara), dan Dewa Iswara (di timur). Panca Kelud artinya nama upacara kurban (buta yajnya) yang lebih besar dari panca sanak. Eka Dasa Ludra artinya upacara yang dilakukan di Pura Besakih hanya seratus tahun sekali.

Catur Warna artinya empat golongan dalam masyarakat Hindu, keempat golongan itu meliputi golongan Brahmana, golongan Kesatriam golongan Wesia, dan golongan Sudra. Keempat golongan itu masing-masing mempunyai kewajiban-kewajiban tersendiri dan masing-masing golongan itu supaya menjalin hubungan yang harmonis dan saling menghargai, saling menghormati, dan saling menolong sebab bila tidak diwujudkan iklim yang harmonis itu ketenangan, kedamaian, dan kesentosaan atau kesejahteraan dunia tidak akan dapat dicapai.

I Wayan Cita mengikuti dan mendengarkan ajaran-ajaran ayahnya dengan seksama. Bila ada yang kurang jelas dipahaminya, ia meminta kepada ayahnya agar menjelaskannya dengan gambalang disertai dengan contoh-contoh yang mudah dan dapat dicernanya. Setelah memberikan nasihat-nasihat itu, dukuh Wanasara meninggalkan I Wayan Cita, pergi ke tengah hutan, bermaksud menangkap burung.