Kaca:Geguritan Dukuh Wanasari.pdf/14

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

BAGIAN II RINGKASAN GEGURITAN WANASARI

Dukuh Wanasara sejak dahulu melakukan tapa brata di tengah hutan. Di sana ia mendalami Agama, berbuat kebaikan, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama itu. Perbuatan-perbuatan itu dilakukannya bertujuan untuk mencapai kesempurnaan hidup dan kebahagian yang abadi.

Dukuh Wanasara mempunyai seorang putra bemama I Wayan Cita. Ibu I Wayan cita meninggal dunia ketika I Wayan Cita masih kecil. Kematian ibunya itu akhirnya I Wayan Cita diasuh oleh ayahnya, Dukuh Wanasara. Dalam asuhannya itu, Wayan Cita disuruh merawat ketiga burung kesayangan ayahnya dan menjaga kebersihan pendukuhan (tempat pendeta dihutan).

Dukuh Wanasara mengajarkan sastra dan agama kepada putranya, I Wayan Cita. Kedua ilmu itu diajarkannya agar I Wayan Cita menjadi orang yang berbudi luhur, bertingkah laku yang baik, bersih secara lahir dan batin sehingga kelak menjadi orang yang berguna dan mencapai kebahagiaan yang abadi, suatu kebahagiaan yang tidak kembali lagi menjadi kesengsaraan.

Sastra dan agama yang diajarkan oleh Dukuh Wanasara kepada I Wayan Cita, antara lain, teguh dan taat melakukan pemujaan, menaati ajaran agama dan menjauhi semua larangannya, dan melakukan amal sedekah (dana punya). Dukuh Wanasara di samping menuntun moral dan etika kepada I Wayan Cita, ia juga mengajarkan filsafat keagamaan yang dijelaskan dengan berbagai contoh yang terdapat dalam cerita-cerita atau sastra. Filsafat ke­agamaan yang diajarkannya itu, antara lain, Sad ripu 'enam macam musuh yang terdapat dalm diri manusia'. Keenam musuh itu meliputi kama 'hawa nafsu'. kroda 'kemarahan' loba 'ketmakan', moha,'kebingungan'I. matsarya 'iri hati', dan ingsa 'membunuh secara sewenang-wenang'.


5