Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/62

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

memeluk kaki Raden Galuh sambil mengatakan tidak men-
duga akan hidup lagi, Raden Dewi terharu.

13. Tidak diceritakan di laman sari, disebutkan sekarang Ni
Sekarkancana, masih di angkasa, Sang Megantaka merasa,
payah dalam peperangan, akhirnya matahari terbenam, kem-
bali rupanya seperti semuda, wajah raden Dewi, Dewi Sekar-
kancana, hendak pulang ke gunung Jagalkap.

14. Hendak minta tolong pada ibunya, bagaikan layang-layang
di angkasa, lalu di jalan bertemu, dengan para bidadari,
Ni Supraba dan Letama segera menyapa, "Hai kamu dari
mana, wanita yang sangat cantik?", Dewi Sekarkancana men-
jawab sambil tersenyum. "Ya paduka saya raja jin, dari
negara Jagalkap."

15. Dewi Supraba lalu berkata perlahan. "Ya dewi saya sudah
tahu, dan segala seluk beluknya sekarang dewi mau pulang
minta bantuan pada ibu, jika benar demikian, lagi delapan
tahun, tidak akan kalah Megantaka, dalam peperangan karena
perguruannya juga jin, makanya sangat sakti.

16. Beliau Semara nama gurunya dahulu," Dewi Sekarkancana
berkata, "Ya paduka junjungan saya, teruskanlah kasih sa-
yang tuanku, berkenan memberikan hidup pada orang yang
menderita, jika sudah berhasil pekerjaan saya, saya bersedia
menjadi abdi, walaupun akhimya, menjadi manusia, terserah
tuan dewi.

17. Dewi Supraba lalu berkata, "Saya bersedia memberikan sen-
jata, pakailah dengan baik-baik," lalu segera mengambil
cucuk, bunga pudak, gadung dan melati, itu yang dipakai
memanah, jika benar-benar marah pada Megantaka, untuk
membunuh pakailah bunga pudak itu, jika hanya untuk
menghancurkan.

18. Pakailah bunga gadung dan melati, besok pagi-pagi, adinda
berperang lagi, mudah-mudahan berhasil, Dewi Sekarkancana
menyembah, "Ya tuan berkat petunjuk tuan dewi, saya
mohon diri kembali."

62