galak, raksasa danawa, harimau dan ular sendok, semua me-
menuhi tegalan, raden dewi memberitahukan.
46. I Siungcaling melawan, semua yang galak, asal datang di-
bunuh, raksasa dan danawa hancur, ular sendok dan harimau,
semua mati, sang Megantaka melihat lalu beliau berkata,
mundurlah kalian dari peperangan.
47. Karena diselingi dengan malam, besok pagi-pagi berperang
lagi, si jelita juga menghentikan serangan, segera Raden Man-
tri keduanya, menyongsong berdua lalu berkata, "Ya dinda
permata jiwa tentu adinda sangat letih."
48. Dewi Sekarkancaran, berkata sambil tersenyum "Memang resi-
ko orang berperang, bagaimana tidak akan payah", lalu kedua-
nya berpegangan tangan, bersama-sama kakaknya menuju ke
pondok, makanan sudah tersedia, tetapi segala jenis bunga.
49. Tidak ada yang makan nasi, Raden Dewi hanya menikmati
sari bunya, semalam tidak bisa tidur, musuh dan teman,
tiada lain yang dibicarakan tentang jalannya peperangan,
dan Raden Megantaka, merasa kalah dalam peperangan.
50 Tidak diceritakan siang malam, matahari baru terbit semua
turun ke medan perang, diceritakan Sang Megantaka, berkata
kepada prajuritnya, "Aku menyongsong akan mengadu ke-
saktian, Baretbuta datang, maju ke depan berperang.
51. Dengan Meganjalantara, I Ujanngritis, Tatitangedap keluar,
dan berperang mengamuk, jangan ragu-ragu berperang yang
diperintah, serentak berkata, mohon diri menyembah lalu
segera maju ke depan.
52. Dengan prajurit bergerak serentak, bunyi senapan dan sorak sorai gemuruh, la Siungcaling menyambut, dan I Sentul datang dengan prajurit sikapnya seperti singa mengamuk, sa- ngat ramai peperangan bunyi senapan terus tidak berganti-ganti.
53. Bertarung mengadu tombak dan tulup (nama senjata), ujung tombak bagaikan hujan, panah berhamburan, lain lagi yang me- ngadu keris, saling tikam dan ada yang saling bacok, yang kebal tulangnya patah, lalu mundurlah orang Malaka dari peperangan.
54. I Baretduta dengan Meganyalantara dan I Ujanngritis, juga
58
