Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/57

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

37. Yang lain membawa air minum, bertempat dalam cibuk (tempat tirta/air suci) emas, dengan berhiaskan intan perma- ta, diselingi dengan permata yang indah, lain lagi yang menyuapi, ada lagi yang membawa sirih, bertempatkan yang mulia semua, peralatan di sorga yang utama.

38. Beristirahat di awan melihat perang mengadu kesaktian, rohnya Raden Galuh, waspada beliau melihat, saudara dan kekasilmnya dilihat sangat sedih hatinya, berlinang-linang air matanya.

39. Berkata dewi Nilotama, dan Supraba "Mengapa menangis, tuan dewi menonton, supaya senang di hati, akhirnya tuan bersedih, sudah banyak yang menghibur, masih tetap sedih, lalu tuan dewi berkata sambil menangis.

40. "Ya adapun saya bersedih, kasihan saya melihat, adik tuanku, dia menderita, juga ikut Mas Tilarnagara, itu keduanya, berdiri di bawah pohon tengguli (nama pohon).

41. Itu yang di sebelah timur saudara kandung saya, yang duduk di sebelah barat, suami saya, bidadari melihat, kagum melihat rupanya yang tampan. seperti Hyang Aruna yang kembar terjun ke dunia.

42. Diceritakan lagi, yang berperang mengadu kesaktian. Sang Megantaka menjadi siluman, dia menjadi tinggi dan besar, bagaikan gunung mulutnya seratus, tangannya tiga ribu dua ratus, kakinya ada dua ribu.

43. Matanya seperti bintang, di dada, di pinggang dan di kepala semua. matanya delapan ratus, terlihat seperti matahari, taringnya tajam seperti pedang baru diasah, ternganga seperti hendak memakan, si jelita sangat waspada.

44. Menciptakan hujan pasir, dan kapur yang berhamburan, sang Megantaka bertelungkup, telungkup di tempat, semua mata- nya, kena debu, kapur dan pasir tidak terhitung kembali menjelma seperti semula.

45. Setelah kembali wujudnya semula. sangat marah karena kalah bertanding kembali bersiap-siap, mengeluarkan yang serba

57