Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/25

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

puluh orang, dengan juragan, semuanya hilang tiada seorang pun yang tinggal, hanya tinggal saya berdua.

6. Dagang nasi perkataannya sopan, "Ya sungguh kagum bibi mendengarkan , sekarang tuan mau ke mana Raden Mantri berkata , "Tidak ada tempat yang jelas saya tuju, kalau di jalan kemalaman, di sana tidur", dagang nasi berkata , "Kalau demikian marilah ke rumah bibi saja, tinggallah di sana.

7 . Bibi seorang janda sendirian, tidak punya anak" , Raden Mantri berkata, "Jika mau bibi memungut, saya miskin dan dalam keadaan begini saya akan menurut saja", setelah selesai makan, dagang nasi itu pulang, adapun Raden Mantri dan Angsoka ikut serta, diceritakan sudah sampai di rumah dagang nasi.

8. Lalu segera menurunkan bakul nasi, membuat sampo untuk keramas dan param, lalu segera menge ramasi, rambutnya sangat kusut , diremas-remas disiram air, setelah selesai mandi, Ni Angsoka juga mandi, keduanya kelihatan segar, Raden Mantri lalu berganti pakaian memakai ikat pinggang sutra.

9. Ni Angsoka juga sudah berganti pakaian, bersanggul sasak , memakai kain penutup pinggang (selempot), berikat pinggang putih halus, dibedaki keduanya, pagi sore demikian, setelah malam baru mengaso, tiada kurang sehari pun, tetangganya semua menertawai, untuk apa diperbuat begitu.

10. Mayat di kuburan dibawa pulang, itu dipelihara setiap hari tiada gunanya. orang semacam ini paling-paling akan mati, sedikit saja batuk-batuk akan meninggal, jika dia dapat hidup tiga orang ini, demikianlah, semua orang yang mendengar tertawa.

11. Setelah sebulan Raden Mantri, diambil anak, oleh si janda (Balu kawan), sungguh tidak berhenti pekerjaannya, masih seperti dulu, Raden Mantri sangat tampan, seperti dewa Asmara, banyak orang kagum, yang janda maupun yang masih bersuami, gadis-gadis, sering-sering mengirim, rokok, sirih dan bunga.


25