Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/17

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

saya mohon keihlasan kanda, jika kanda merelakan, memungut diri saya yang sengsara, walaupun menemui penderitaan.

18. Saya rela menyerahkan jiwa raga, menjadi abdi sekalipun karena tidak tahan, tinggal terpencil di sini, lebih baik, jika kanda kasihan, saya tidak pemah makan (nasi).

19. Hanya makan buah-buahan, daun kayu dan bunga karang, itu yang saya makan setiap hari, karena tiada seorang pun, orang menaruh belas kasihan kepada saya, tuan mantri menangis, mendengarkan, bercucuran air matanya.

20. Oh dinda janganlah disebut-sebut lagi, tentang keadaan diri adinda, sungguh saya merasa kasihan (iba), mendengarkannya, sekarang adinda, ikutlah bersama, sesuka-duka.

21. Diceritakan pelayan mengambil makanan, tidak ketinggalan cecepan, serta jajan, lalu beliau makan, tuan mantri dan raden dewi, dan semua pembantu, mereka makan bersama.

22. Juragan, nelayan dan pelayan, semua sudah selesai makan, lalu makan sirih, diceritakan raden dewi, berkata dalam hati, merasa lega, beserta pelayan semua.

23. Semua gembira seperti bunga gadung kena hujan, yang sebelumnya kepanasan, tumbuh di tegalan, selalu gersang, semua mereka gembira setelah matahari terbenam semua naik ke sampan.

24. Semua barang-barang tuan dewi, semua dinaikkan, juga tempat tidurnya, beliau tidak berpisah keduanya, tuan mantri dan raden dewi, di balai-balai, tempat tidurnya harum semerbak.

25. Tidur saling berpelukan, tetapi raden dewi, seperti halnya bunga, belum begitu mekar, masih agak kuncup, belum remaja putri, raden dewi.

26. Umurnya baru sepuluh tahun, dan menderita di sini, sungguh perbuatan yang tidak baik, saling berkasih-kasihan, tetapi akhirnya dirasakan, laki perempuan, keduanya sama-sama menarik.


17