Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/14

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

15. Dan ditimpa sakit, ya mudah-mudahan kembali sehat seperti semua, menemui kebahagiaan nantinya seketika sehat tuan putri, tak ubahnya seperti kuda, dewi Durga susah kembali, lenyap sekejap mata.

16. Tuan dewi berkata dalam hati, rupanya ada dewa, menghidupkan orang yang kesakitan, Ni Nginte dan para nelayan, semua memeluk tuan putri, lalu beliau berkata dengan lirih, "Ibu ngente apa upaya kita.

17. Sungguh saya sangat lapar, apa yang dimakan, itu ada buah tingulun (nama pohon) dan aha (nama pohon), ambilkanlah saya, mudah-mudah dapat menyej ukkan, perut saya keliwat panas". I Nginte lalu memetik buah itu.

18. Setelah dipersembahkan kepada tuan putri, lalu beliau memakannya, setelah dimakan, buah tingulun dan aha sedikit menyejukkan, perut tuan putri, pikirannya sudah agak baik.

19. Ibu Nginte mari kita pulang, kenapa lama sekali, di pulau ini kelaparan, senantiasa makan buah-buahan, oh tuan putri junjungan hamba, janganlah menyebut-nyebut pulang, nantilah kita kembali ke kerajaan.

20. Karena tuanku sudah dibuang sampai meninggal, tuanku tidak boleh pulang, kembali ke istana, kecuali menjelma kembali, ke dunia ini, tuan putri sangat sedih lalu dimomong (diasuh).

21. Akhirnya mengelilingi pulau, dengan makan buah-buahan, buah sentul dan saba, setiap makan selalu bersesambatan ibu lihatlah saya menderita, sungguh senang ibu di istana.

22. Mentang-mentang kaya emas dan uang, sungguh tidak pernah mengingat anak, sekedar memberikan sebatok kelapa (ceeng) beras, dalam keadaan terbuang begini, ada di negara lain, kenapa mesti di pulau ini tersiksa, hidup menanggung sengsara.

23. Adikku dan ayah, apakah tidak pernah teringat sekejap pun, utuslah orang ke sini meninjau sungguh sakit saya menanggung kelaparan berbulan-bulan kalau memang ayah ihlas,


14