Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/57

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

50

menyembah serta mengucapkan weda astawa. Tiada terkira senang hatinya, laksana mendapat zat kehidupan.

3. Kalau diumpamakan, meresap ke dalam lubuk hatinya yang ter- dalam. Entah telah berapa lama kembalilah Mpu Kamareka melakukan yoga semadi, memusatkan pikiran menghadapi api

4. pedupaan. Mengepul asap api pedupaan, harum semerbak naik ke udara, sampai ke alam yang tidak kelihatan. Gegerlah para widi- adara widiadari; juga semua dewa dewata, Resi Gana Gelap rasa- nya angkasa. Setelah sunyi senyap

b. 1. turunlah Bhatara Hyang Paramacintya dari udara, didahului bau harum semerbak. Ada terdengar sabda, "Kamareka engkau adalah golongan Mpu sejati, tidak terkira kuatnya imanmu bersemadi. Ada pemberian Bhatara kepadamu,

2. pelajaran tentang tirtha kamandalu. banyu pawira namanya. Inilah huruf-hurufnya, terimalah. Tetapi. jangan digunakan secara semba- rangan. Simpanlah dalam hatimu. "Setelah itu menghilanglah Bhatara, menyembahlah Mpu Kamareka.

3. Tidak pula lupa melakukan penghormatan. Demikianlah ceritanya sehingga bertambah-tambah senang hati Sang Mpu Kamareka, lak- sana tenangnya laut yang dalam. Diceritakan

4. para bidadari bemama Dadari Kuning. disuruh oleh Bhatara Indra datang ke Tampurhyang untuk menjadi jodoh Mpu Kamareka. Setelah tiba di dekat relung itu, dalihatah oleh Mpu

32a. 1. Kamareka. Disambutlah mereka. Ditanya asal-usul dan tujuannya, antara lain, " Wahai engkau laksana penguasa lautan, dari mana engkau dan datang ke mari, ke dalam hutan, dan siapakah kedua belas nama-nama dan

2. golonganmu? Kalan berkenan di hatimu, beri tahukanlah saya dengan terus terang." Berkata bidadari itu," Kami ini dari golongan Warapsari dari Indralokka" Berkata Mpu Kamareka

3. "Apa tujuanmu datang kepadaku di sini?" Menyahut bidadari itu, "Sesungguhnya Tuanku Mpu, tidak lain, kami berjalan-jalan da-tang di Palau Bali mencari tirtha pawitra. Sebab

4. kami melihat ada sinar dengan asapnya yang mengepul; Itu per-tanda pilihanku, maka datanglah aku kemari." Berkata lagi sang Mahamona, "Ya, adikku laksana Hyang