Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/53

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

46

b.1. hendaknya memanggil jro Gede. Demikian ingatlah, jangan di­ lupakan, terus-menerus, turun-temurun jangan lupa. Sebarkan juga kepada keturunanmu masing-masing." Begilu petunjuk-petunjuk Mpu Mahameru

2. kepada orang-orang Bali semuanya. Setuju orang-orang Baliaga seperti apa dikatakan oleh yang maha bijaksana itu. Lagi Dang Guru memberitahukan kepada murid-muridnya, katanya, "Anakku Mpu Dryakah sekarang boleh engkau menjadi Begawan.

3. Kemarilah. itu upacarai penapak." Mendekatlah Mpu Dryakah. Setelah diupacarai, dijilatlah telapak kaki sang Adi Guru. Ada lagi anugerah keramat melalui telinga dan mata,

4. tidak boleh disebutkan sebab sangat keramatnya, mantra Sang Hyang Ongkara itu. Kata sang Abra Sinuhun, " Anakku Mpu Dryakah, sudah mengerti olehmu?" "Ya, hamba dapat memahami, murid Paduka Sang Kasuhun." "Anakku


29a. 1. Mpu Dryakah. sekarang aku ganti namamu. Kamu bernama Mpu Kamareka sebab sang Hyang Dewa Asmara yang menjadi Baga­wanmu. Demikian. ingatlah. Sekarang bapakmu meninggalkan engkau anakku,

2. akan datang menghadap Paduka Bhatara di Tolangkir, terutama di Gunung Lempuyang. Mendekat dan menyembah Mpu Kamareka, menghormati Dang Guru." Memang demikianlah tata cara yang benar. Demikianlah

3. ceritanya dahulu, asal-usul adanya bujangga di Bali. Setelah Mpu Mahameru pergi dari Tampurhyang, terasa teranglah di Gunung Tulukbyu; jalannya tidak ada yang menghalangi, tiba-tiba telah

4. sampai di Besakih. Setibanya lalu melakukan pemujaan; keras ter­dengar suaranya, seperti lebah mengisap kembang; tidak lupa pula menghormat, gelaplah di udara, bertaburan harumnya


b. 1. bau bunga, disertai pujaan oleh Bhatara. Keluarlah Bhatara Putra­ jaya dihadap oleh Mpu Semeru. Tiada terkira senang hatinya sebab luar biasa kesuciannya. Kemudian pergi sang maha suci itu

2.dari Besakih, datang ke Lempuyang, datang menghadap Paduka Bhatara Kawitan. Tidak dapat digambarkan sebab hanya bersifat pikiran. Setibanya, juga melakukan weda pujaan, menghormat.

3. Ramailah suara genta di hadapan api pedupan. Mengepullah asap api itu ke udara disertai kembang harum dan pujaan. Makin lama makin gelap rasanya. Lalu keluarlah Bhatara Hyang Gnujaya