Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/45

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

38

3. Kawitan. Demikianlah perilakunya menyatakan rasa kasih sayang hanya kepada putranya yang baru sekarang datang menghadap. Banyak, kalau dibicarakan. Tidak lama beliau di Bali kemudian kembali ke Jawa kemudian sering pulang balik ke Jawa dan Bali. Sekarang diceritakan mengenai ketiga orang Mpu.

4. Sekarang diceritakan kembali putra Beliau, yang bernama Mpu Mahameru, beliau datang ke Bali menghadap kedua Bhatara, yaitu yang dipuja di Tolangkir, terutama yang kehadapan Hyang Kawitan yang dipuja di Lempuyang. Tidak disertakan dalam per-

24a 1. jalanan sebab secepat pikiran, sekejap saja telah sampai di Pulau Bali. Segera menuju ke desa Kuntugladi, dari desa itu, kemudian ke Tampurhyang. Di sana beliau berhenti, mengambil air untuk

2. berkumur, sebab dilihatnya ada air sangat suci. Lalu membersih- kan diri, melakukan pemujaan terhadap dewa penguasa danau. Setelah selesai berkumur, segera melangkah. Dilihatnya arca batang pohon asam, bagus

3. rupanya. Terpesona sang bijaksana melihat, laksana apsaraghana yang tersebut dalam cerita. Keheran-heranan perasaan sang Rsi, dikalahkan oleh arca pohon asam itu; merenunglah beliau. Setelah mendapat wahyu,

4. kemudian beliau melakukan yoga semadi, sesuai dengan keahlian- nya. Kemudian betul-betul menjadi wujud manusia sejati, di- pegangnya manusia buatannya itu. Tanpa mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya, dia terus menyampaikan penghormatan

b. 1. ke hadapan sang bijaksana itu, serta berkata," Ya, Paduka Pendeta yang mulia, siapakah menaruh belas kasihan kepada diri hamba, menjadikan hamba berwujud manusia?" Berkata Maharsi itu," Tiada lain akulah menjadikan,

2. menyebabkan engkau menjadi manusia." Tunduk tertelungkup manusia ciptaannya itu, disertai sembah memeluk dan mengelus- elus kaki Pendeta Yang Mulia serta berkata," Pendeta Yang Mulia, siapakah Tuan?" Menjawab Sang Pendeta (Resi),

3. "Aku berasal dari Jambudwipa, putra Bhatara Hyang Gnijaya di Gunung Lempuyang, yaitu di Adrikarang (karangasem). Keluhur- anku, Mpu Mahameru." Berkata kayu Reka (manusia) ciptaan," Ya, Paduka Mpuku Yang Mulia, karena kehendak

4. Hyang, bagaimana mungkin hamba menbayar hutang budi hamba,