Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/43

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

36

lisih pendapat di antara sesama keluarga, tidak rukun bersuami istri di antaramu. Bersetubuh dengan batang pahon. Kalau lahir dari kandunganmu, mudah-mudahan tidak mencapai tujuan,

b. 1. melahirkan jenis binatang-binatang kecil, 1700 banyaknya dan menjadi musuh manusia di bumi. Nanti kalau engkau mempunyai anak lagi dengan area itu, mudah-mudahan sampai kelak kemu

2. dian, semoga mereka tergolong Ki Mangatewel, sebab asal mu­dari batang pohon nangka. Semua keturunanmu, sampai kelak diberi julukan Ki Tewel. Demikian diceritakan asal usul adanya golongan keluarga Ki Tewel.

3. Banyak kalau diceritakan yoga semadi Bhatara, tersebar di Pulau Bali mengadakan manusia. Masing-masing sudah tahu hal ihwal­nya, lebih-lebih waktu meninggal, sama-sama mengerti tata cara

4. sampai pelaksanaan upacara. Demikian dikatakan dalam cerita di masa lalu. Sekarang diceritakan kembali putra-putra Hyang Gni­jaya yang dahulu disuruh pergi ke Jambudwipa beryoga semadi.


23a. 1. Sekarang karena telah berhasil semadinya, kembalilah mereka ke Bali. Atas perintah Bhatar Hyang Pasunatha, datang menghadap Bhatara Putrajaya di Gunung Tolangkir, terutama ke hadapan

2. Bhatara Kasuhun di Lempuyang; masing-masing secara terpisah, Bhatar Empu Gnijaya sebagai Brahmana Pandita disertai adiknya berdua, yaitu Mpu Gana, demikian pula Mpu Kuturan, sebab

3. berangkat menaiki daun kupu-kupu, berlayarlah daun tehep; tidak diceritakan dalam perjalanan sebab bersifat pikiran, tiba-tiba telah sampai di tepi pantai Pulau Bali,turun di Silayukti, meng­ucapkan weda pujaan.

4. Kemudian terus ke Besakih. menghadap Paduka Bhatara Putra­ jaya. Setibanya juga menghormat, disertai puja keselamatan; ge­merincing suara genta, laksana kumbang mengisap sari bunga.

b. 1. Penghamburan bunga oleh Bhatara, karena telah selesai yoga semadinya. Setelah itu, kemudian datang menghadap ke Gunung Lempuyang kepada Bhatara Kawitan. Tidak lupa pula mereka menyampaikan weda pujaan disertai sembah.

2. Terasalah semadinya karena keahliannya; gemerincing suara genta; seperti suara kumbang di alas bunga angsana, dibalas dengan taburan bunga disertai wangi-wangian, dan weda pujaan oleh Bhatara