Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/109

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

102

waktu upakara nurunang Bhatara kabeh, widhi wedananya,
3. sarwa pawitra, yaiLu suci asoroh, untuk mereka masing-masing,
pada pelinggih bhatara, juga widhi wedana selengkapnya. Hen­-
daknya lengkap, tidak boleh kurang. Tata cara wedana: di bawah
4. segala bentuk pangenteg linggih. Pada ganggungan catur. Tata
caranya seperti terdahulu, disucikan oleh brahmana. Datang tilem
ke dasa, lalu menghaturkan piodalan.

64a. 1. Begitulah ceritanya dahulu. Sesudah selesai menghaturkan upakara
karya itu, tidak ada kekurangan persediaan apa pun, untuk para
tamu tidak kurang makan maupun minuman. Lamak kalau diceri­-
takan semua. Kemudian,
2. kembali para tamu, pulang ke rumahnya masing-masing. Lamanya
upakara karya itu, tiga bulan, dimulai dari sasih ke-pitu sampai
dengan sasih ke-dasa. Begitulah ceritanya. Sesudah beberapa
tahun lamanya, Bujangga Bali, lebih-lebih telah
3. tualah mereka itu masing-masing. Mpu Jaya Mahireng, Mpu Pana-­
rajon. Mpu Tarunyan sampai Mpu anak muridnya semua, telah
sampai dengan, tiga turunan. Sangat
4. baktilah mereka semua, tidak ada yang perlu dikatakan sampai
sekarang, yang masih ada ialah Tarunyan, anak dari sang Ba­-
dengan, mengambil anak sang Wreksa Ireng

b. 1. bernama Ni Ayu Reka. Yang lainya, anaknya sang Kayu Ireng,
bernama sang Togog Ireng, mengambil anaknya sang Panarajon
yang bernama Ni Rojani. Lainya dari Panarajon, anaknya diberi
2. nama sang Panarajon, mengambil anak sang Tarunyan, bernama
Ni Nyelem. Dan anaknya sang Tarunyan yang kedua, yang ber­-
nama sang Tuwed Ireng, mengambil anaknya sang Kayu Pana-­
rajon, yang bernama Ni Nyarem. dimadu oleh anaknya sang Kayu
Ireng, yang bernama Ni Cemeng. Yang lainnya, yaitu sang
Dryakah, anaknya dari sang Kayu Ireng, kawin dengan Ni Ayu
Ireng. Lainnya, anak sang Tarunyan,
4. bernama sang Badengan, diambil oleh sang Ireng. Mereka meru­
pakan keluarga yang sama-sama berbahagia anak beranak, ber­
cucu, buyut, canggah, wareng, kepek sampai maijengan.

65a. l. Dikatakan, yang disebut terakhir, sangat hormat kepada Hyang
Kawitan, lebih-lebih terhadap kahyangan. Ingat, tidak pemah me­-