Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/103

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

96


memuja Sang Hyang Akasa bersama Sang Hyang Ibu Pertiwi,
yang juga dianggap perwujudan ibu bapak sebagai sumber kehi­

60a.1. dupan, disebut Dwiphala. Di halaman tengah, Pasamuhan Agung,
rempat bagi para Dewa Dewata semua. Lagi, membuat tempat
memuja kawitan di bagian luar, berbemuk babaturan dengan dua
ruangan, laki perempuan. Itulah yang dimaksud tempat be-­

2. liau di sisi Tuhan, seperti kehendak beliau yang telah moksa. Dan
babaturan dengan tiga ruangan, sebagai sthana Sang Hyang Tiga
Sakti, lengkap dengan Sedahan Taksu Pengapit Lawang. Se-­
lanjutnya, selesai pura iru, kemudian

3. di sana tumbuh pohon kayu yang hitam warnanya sebagai suatu
pertanda, sesuai dengan petunjuk beliau yang telah moksa, pada
masa yang lampau. Itulah sebabnya diberi nama pura Kayu Selem.
Diketemukan sampai sekarang. Dahulunya kayu itu disebut Kayu
Celagi hitam. Selanjutnya, setelah selesai, lengkap pura itu

4. juga melaksanakan upacara karya, disebut masasapuh mlaspas,
sampai dengan ngenteg linggih. Demikian ceritanya dahulu. Sete­-
lah itu semua selesai, lagi sang Mpu Jaya Mahireng, bersama

b.1. dengan anak cucu murid-muridnya semua, membangun Kahyang­
an, dinamakan pura Jati, sebagai pertanda sujati bangunannya,
dipelihara serta dipuja oleh orang-orang Bali semuanya. Tujuan-­
nya, nanti kalau ada

2. orang-orang, pada waktu menyelenggarakan upakara karya, bagi
kepentingan Bhatara, mohon tirtha kamandalu. Boleh keturu-­
nanku, asal tahu aji purana, memuja, menghantarkan widhi we­
dana, memuja Bhatara Gangga.

3. Demikian keadaannya dahulu, diberi nama pura Jati. Sebagai lam­-
bang sujati, menghaturkan pajati. Adapun wujud widhi wedana itu
ialah suci asoroh, itik hiLam jambul, yang hampir bertelur.

4. Suci selengkapnya, katipat kelan, ajuman disertai canang sege­-
han. Untuk pangleb di danau, itik hiLam jambul masih hidup,
hewan hitam, daksina lengkap dengan sesari, sesuai menurut,

61a.1. nista, madya dan utamanya upakara karya. Kalau bersifat utama,
700; madya 500; nista, 425; secukupnya, tidak baleh kurang; tidak
akan menemukan hasil. Begitu, tata caranya di pura jati. Se­
lanjutnya Mpu Kayu Jaya Mahireng