Cebur nuju daging

Bang Bungalan (Balai Bahasa Prov.Bali)

Saking Wikisource
Bang Bungalan (id); Bang Bungalan (ban); Bang Bungalan (en) jenis lontar di Bali (id); soroh lontar ring Bali (ban); kind of manuscript in Bali (en) baŋ​buṅalan· (ban)
Bang Bungalan 
soroh lontar ring Bali
Inggih punikaLontar
Malakar saking
  • don ental
Soroh
  • Tatwa
Genah Tojan, Balai Bahasa Bali
Wit negara
  • Indonésia
Genah pawedaran
  • Tojan
Nganggén basa
  • Basa Kawi
Genah kakaryanin
  • Tojan
Klasifikasi Gedong Kirtya
  • Wariga
Linggah
  • 3,3 cm (Tojan)
  • 3,7 cm (Balai Bahasa Bali)
Lantang
  • 38,7 cm (Tojan)
  • 32,3 cm (Balai Bahasa Bali)
Akéh lempir
  • 19 (Tojan)
  • 27 (Balai Bahasa Bali)
Pangawasan otoritas

Deskripsi

[uah]

Lontar Bang Bungalan niki silih tunggil koleksi Balai Bahasa Provinsi sane kapupulang sareng program WikiLontar 2021 sane sampun puput. WikiLontar inggih punika program katalogisasi digital lontar sane kakaryanin Komunitas Wikimedia Denpasar ring sasih Januari - April 2021. Ring Balai Bahasa puniki wenten 142 cakep lontar saking makudang-kudang soroh.

Bahasa Indonesia

[uah]

Pada bagian awal naskah ini memuat uraian tentang ketentuan perkawinan yang dilarang seperti dengan saudara, mantu, ipar, mertua; demikian juga seorang raja, brahmana, atau ksatria mengambil istri dari golongan sudra atau sebaliknya. Jika dilanggar akan melahirkan keturunan yang tidak baik dengan sebutan istilah antara lain: iris-iris poh, ulad-alid, bangkiwa, bangkekok, kuricak. Akibatnya menjadi susud guna, susud wangsa, salah linggih, menimbulkan kekacauan, bahkan kehidupan yang sengsara, dunia maupun akhirat.

Selanjutnya naskah menguraikan tentang Kayangan Dewa (tempat pemujaan Dewa), yaitu Pura Puseh, Pura Desa, dan Pura Dalem. Pada kehidupan manusia perwujudannya adalah Ayah, Ibu, dan diri kita. Diri kita sendiri pada saat kelahiran bersama-sama dengan empat saudara yakni yeh nyom, getih, lamas, dan ari-ari. Ari-ari adalah matahari, getih adalah bayu, yeh adalah danau. Kepada semua itu manusia patut beryadnya dan berbakti yakni dewa, kala (alam), dan manusia. Manusia memiliki pikiran yang mengakibatkan ia berbuat salah dan menjadi tercela. Karena itu manusia patut melaksanakan upacara yadnya masucian atau macaru di Pura Desa, Pura Dalem, Pura Puseh, dan perempatan, pertigaan, panti, pangastulan, merajan, pakarangan, dan paumahan. Macaru juga dilaksanakan jika ada orang bunuh diri, darah kental tanpa sebab, orang gila masuk ke pura, ada tempat pemujaan roboh karena tertimpa pohon, binatang seperti kijang, menjangan, kerbau, sapi, kuda, babi, masuk ke pura, dan lain-lain.

Selanjutnya naskah ini menguraikan tentang caru seperti, manca sanak, manca kelud, malabuh gentuh, mabalik sumpah, masapuh-sapuh, panca wali krama, eka dasa rudra, maligia bumi, juga tentang guru piduka, pamangguhan, dan pemali. Pada bagian akhir dari naskah ini menguraikan peristiwa atau keadaan yang masuk dalam kategori karang panes antara lain karipubaya, karajabaya, kalebon amuk, buaya ngangsar, maka patut melaksanakan upacara macaru.

Pada bagian awal memuat uraian tentang ketentuan perkawinan yang dilarang seperti dengan saudara, mantu, ipar, mertua; demikian juga seorang raja, brahmana atau kesatria mengambul istri dari gilongan sudra atau sebaliknya. Jika dilanggar akan melahirkan keturunan yang tidak baik dengan sebutan istilah antara lain: iris-iris pog, ulad-alid, bangkiwa, bangkekok, kuricak. Akibatnya menjadi susud guna, susud wangsa, salah linggih, menimbulkan kekacauan, baukan kehidupan yang sengsara, dunia maupun akhirat

Selanjutnya naskah menguraikan tentang Kayangan Dewa (tempat pemujaan Dewa) yaitu Pura Puseh, Pura Desa, dan Pura Dalem. Pada kehidupan manusia perwujudannya adalah Ayah, Ibu, dan adir kita. Diri kita sendiri pada saat kelahiran bersama-sama dengan keempat saudara yakni yeh nyom, getih, lamas, dan ari-ari. Ari-ari bayi adalah matahari, getih adalah bayu, yeh adalah danau Kepada semua itu manusia patut beryadnya dan berbakti yakni dewa, kala (alam) dan manusia. Manusia memiliki manah (pikiran) yang mengakibatkan ia berbuat salah dan menjadi tercela karena itu manusia patut melaksanakan upacara yadnya masucian atau macari di Pura Desa, Pura Dalem, Pura Puseh, perempatan, pertigaan, panti, pengastulan, mrajan, pekarangan, pahumahan. Macaru juga dilaksanakan jika ada: orang bunuh diri, daerah kental tampa sebab, orang gila masuk ke pura, ada tempat pemujaan roboh karena tertimpa pohon, binatang seperti Kijang, Menjangan, Kerbau, Sapi, Kuda, Babi masuk ke pura dan lain-lain.

Selanjutnya naskah ini menguraikan tentang hal ihwal cari seperti: manca sanak, manca klud, melabuh gentuh, mabalik sumpah, masapuh-sapuh, pancawaliktama, ekadasarudra, maligya bumi, juga tentang guru pidukaz penangguhan, dan pemali

Pada bagian akhir dari naskah ini menguraikan peristiwa atau keadaan yang masuk dalam kategori karang panes antara lain karipubaya, karajabaya, kalebon amuk, buaya ngangsar, maka patut dilaksanakan upacara macaru.

Naskah

[uah]
Bang Bungalan
30192Bang Bungalan

[ 1 ][depan]
//0//ᵒikitutuŕbaŋbhuṅalan·,ṅa,lwiŕnyaᵒupāpatikaranya,patitā,rusakṣalwiŕwawijilantajuwaṅan·,ñuwaŋñamā,salaḥwkasan·,
hanaddhihĕndĕhĕndĕp·,ñuwaŋmantu,ñuwaŋhipaḥ,salaḥ,hanaknyadasinamunamu,hirishirispoḥ,ṅamñuwaŋraramā,hanadihuladdā
lid·.mwaḥsaŋratu,saŋbrahmaṇna,saŋsatriyā||wesyā,ṅambilwaŋsudrā,salaḥ,sanaknyabaŋkipā,ṅa,rabinyahalpakā,swaŕghgāhuruŋ
ṅa,yanṅambilrabihakeḥsalaḥprādana,ṅa,sanaknyāha-nadisaŕwwāñiṅĕt·,kaslĕhandeniŋtoña,yantan·baŋsātuṅgal·,ta
[belakang]
japati,banaspati,banaspatirāja,ᵒikāsānaknyariśarira,wnaŋhayuhayu,huripkatkānipatiᵒi
kitutuŕbāŋbuṅgalan·,turunanhidapadaṇdaśaktiwahurawuḥ,maliṅgahidariŋmās·,kalugrahāhibandeśamā
shaṅgamĕlhiki||0||puput:hanurat·,riŋdiṇa,ra,pa,waragumbr̥ĕg·.